Sembelit atau Konstipasi pada Anak
Konstipasi atau sembelit adalah masalah pencernaan yang umum terjadi. Biasanya ditandai dengan susah buang air besar atau buang air besar tidak teratur.
Sembelit (konstipasi) mengacu pada tertundanya atau kesulitan dalam membuang kotoran atau adanya peningkatan dalam ukuran dan kerasnya kotoran.
Frekuensi buang air besar dan konsistensi tinja bervariasi sepanjang masa kanak-kanak, dan tidak ada frekuensi dan jenis tinja tertentu yang bisa disebut normal. Bayi baru lahir biasanya bisa buang air besar 4 kali atau lebih setiap hari dengan konsistensi kotoran yang lebih lembek dan berwarna kuning.
Bayi-bayi yang mendapatkan ASI biasanya mengeluarkan kotoran yang lebih banyak dan lebih sering dibandingkan bayi-bayi yang mendapatkan susu formula. Setelah satu atau dua bulan, sebagian bayi yang mendapatkan ASI akan lebih jarang buang air besar, tetapi konsistensi kotoran akan tetap lembek. Setelah berusia 1 tahun, sebagian besar anak akan buang air besar sebanyak satu atau dua kali sehari, dengan konsistensi yang lunak dan berbentuk.
Pada anak-anak yang lebih besar, konstipasi diartikan sebagai upaya mengeluarkan kotoran yang keras sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman atau sakit saat buang air besar. Keadaan ini paling sering terjadi akibat asupan serat yang kurang pada makanan. Selain itu, keadaan ini diperburuk oleh anak itu sendiri, yang menahan keinginan untuk buang air besar karena rasa sakit yang dirasakan saat buang air besar.
Save
Penyebab Sembelit atau konstipasi pada anak
Penyebab Konstipasi pada Anak
Penyebab khas dari konstipasi adalah pola makan rendah serat. Konstipasi terjadi ketika kolon (usus besar) menyerap air secara berlebihan atau kontraksi otot-otot di kolon berjalan lambat. Hal ini akan menyebabkan feses yang melewati kolon bergerak terlalu lambat dan akibatnya feses menjadi keras dan kering.
Konstipasi yang telah ada sejak lahir dan konstipasi yang tidak membaik setelah diobati mengarah pada adanya suatu kelainan fisik, misalnya penyakit Hirschsprung.
Banyak faktor lain yang dapat berkontribusi dalam terjadinya konstipasi pada anak, antara lain:
- Toilet training yang terlalu awal. Jika anak terlalu awal diajari untuk buang air besar pada tempat yang seharusnya, maka anak bisa memberontak dan menahan untuk tidak buang air besar. Keadaan ini bisa menjadi kebiasaan yang tidak disadari dan sulit untuk diubah.
- Perubahan dalam rutinitas anak, misalnya bepergian atau adanya stress pada anak, bisa mempengaruhi pola buang air besar anak.
- Obat-obat tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya konstipasi, misalnya obat penenang jenis tertentu
- Alergi susu sapi atau produknya (seperti keju) terkadang bisa menyebabkan terjadinya konstipasi
- Riwayat keluarga. Anak-anak yang memiliki anggota keluarga dengan konstipasi lebih cenderung untuk terjadi konstipasi. Kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan.
Gejala Sembelit atau konstipasi pada anak
Gejala Konstipasi pada Anak
Tanda dan gejala konstipasi pada anak bisa berupa:
- Frekuensi buang air besar kurang dari tiga kali seminggu
- Buang air besar keras, kering, dan sulit untuk dikeluarkan
- Rasa nyeri saat buang air besar
- Nyeri pada perut
- Mual
- Anak-anak dan bayi juga sering mengeluarkan bercak-bercak cairan di celana karena tinja yang menumpuk di rektum, cenderung terlihat lemas, rewel atau murung pada saat mengalami konstipasi.
- Adanya darah pada permukaan kotoran yang keras
Gejala-gejala tertentu yang perlu mendapatkan perhatian dan dugaan apakah terdapat penyebab organik dari konstipasi:
- Berat badan turun atau ada gangguan pertumbuhan
- Nafsu makan menurun
- Demam
- Tidak buang air besar dalam 24-48 jam setelah lahir
- Adanya darah pada kotoran
- Muntah
- Pembesaran perut
- Nyeri perut
- Hilangnya tonus otot pada bayi dan kurang mampu untuk menghisap (bayi tampak lemas)
- Pada anak yang lebih besar, terjadi inkontinensia urin (tidak mampu untuk menahan atau mengendalikan kencing), nyeri punggung, kelemahan pada tungkai, atau gangguan dalam berjalan
Sembelit (konstipasi) kronis bisa berkontribusi untuk terjadinya komplikasi seperti gangguan saluran kemih, misalnya infeksi dan mengompol.
Diagnosis Sembelit atau konstipasi pada anak
Diagnosis Konstipasi pada Anak
Dokter anak akan menanyakan riwayat medis lengkap anak, riwayat penyakit sebelumnya, asupan makan, dan aktivitas fisik yang biasa dilakukan. Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan memasukkan jari yang telah memakai sarung tangan ke dalam anus anak, untuk memeriksa apakah terdapat kelainan atau apakah terdapat kotoran yang menyumbat. Kotoran bisa diperika untuk melihat apakah terdapat darah.
Selain itu, jika diperlukan, bisa dilakukan pemeriksaan lain seperti :
- Rontgen pada perut, dengan atau tanpa barium enema
- Manometri anorektal atau pemeriksaan motilitas usus
- Biopsi rektum, di mana sejumlah kecil contoh jaringan diambil dari permukaan rektum untuk melihat apakah sel-sel saraf normal.
- Pemeriksaan penanda. Anak akan menelan kapsul yang mengandung zat penanda, yang akan muncul pada foto sinar-X yang diambil beberapa hari setelahnya. Dokter akan menganalisis bagaimana penanda tersebut bergerak melalui saluran cerna anak.
- Pemeriksaan darah. Misalnya , pemeriksaan fungsi tiroid.
Penanganan Sembelit atau konstipasi pada anak
Penanganan Konstipasi Pada Anak
1. Makanan tinggi serat dan cairan
Konstipasi ringan bisa diatasi dengan meningkatkan jumlah asupan serat dan cairan pada anak. Jika anak tidak bisa mengkonsumsi makanan tinggi serat, maka bisa diberikan supplemen serat (psyllium).
2. Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku juga penting untuk dilakukan. Setelah makan, tubuh memiliki refleks untuk bisa mengeluarkan kotoran. Seringkali, seorang anak tidak menghiraukan tanda dari refleks ini dan tidak buang air besar, sehingga berkontribusi dalam membuat kotoran menjadi keras dan timbul konstipasi. Dengan modifikasi perilaku, anak dibiasakan untuk duduk di toilet selama 5-10 menit setelah makan sehingga membantu melatih saluran cerna, membuat kebiasan untuk pergi ke toilet, dan mendorong pola buang air besar yang lebih teratur.
3. Obat Pencahar
Jika konstipasi tidak dapat diatasi dengan kedua cara diatas, bagi anak-anak yang mengalami konstipasi tingkat parah, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik terlebih dulu sebelum pencahar stimulan jika dibutuhkan.
Obat pencahar osmotik. Pencahar ini akan meningkatkan jumlah cairan dalam usus sehingga merangsang tubuh untuk melunakkan dan mendorong tinja. Contoh yang biasa diberikan oleh dokter adalah laktulosa dan macrogol.
Obat pencahar stimulan. Obat ini akan merangsang dan membantu otot yang melapisi saluran pencernaan untuk mendorong tinja dalam usus besar menuju anus. Pencahar stimulan diberikan jika tinja tetap sulit keluar, meski sudah lunak. Jenis yang sering diberikan adalah senna, bisacodyl dan sodium picosulphate.
Penanganan Konstipasi pada Bayi
Langkah penanganan untuk bayi tergantung kepada apakah bayi sudah mengonsumsi makanan padat atau belum.
Konstipasi pada bayi yang belum disapih atau belum mengonsumsi makanan padat dapat ditangani dengan memberikan air putih di sela-sela jadwal pemberian susu. Jika bayi mengonsumsi susu formula, berikanlah sesuai takaran dan tidak perlu dikurangi. Gerakan kaki seperti mengayuh sepeda atau memijat perutnya dengan hati-hati mungkin bisa lakukan untuk merangsang kontraksi ususnya.
Sedangkan penanganan konstipasi pada bayi yang sudah mengonsumsi makanan padat dapat dilakukan dengan memberinya air putih atau jus buah yang dicampurkan air. Jika memungkinkan, Anda juga bisa memberinya buah yang sudah dihaluskan atau dicincang. Buah-buahan yang cocok dikonsumsi bayi yang mengalami konstipasi antara lain anggur, alpukat, kiwi, pisang, mangga, stroberi dan pepaya.
Jika perubahan pola makan ini tidak efektif, dokter biasanya akan memberikan pencahar osmotik atau stimulan untuk mengatasi konstipasi.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Konstipasi pada Anak
Untuk membantu mencegah terjadinya konstipasi pada anak, bisa dilakukan:
- Tawarkan makanan tinggi serat pada anak, misalnya buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan sereal atau roti gandum. Jika anak tidak mau makan makanan tinggi serat, maka mulailah dengan menambahkan sedikit serat setiap hari.
- Dorong anak untuk minum air yang cukup setiap hari.
- Melakukan aktivitas fisik secara teratur, untuk membantu menstimulasi fungsi usus yang normal.
- Buat kebiasaan untuk pergi ke toilet dan buang air besar. Tentukan waktu yang rutin setelah makan untuk anak pergi ke toilet dan buang air besar. Jika perlu, berikan alas sehingga anak merasa nyaman duduk di toilet.
- Jangan mengabaikan keinginan untuk buang air besar. Ingatkan anak untuk merasakan "panggilan alam". Beberapa anak sibuk dengan aktivitasnya sehingga mengabaikan keinginan untuk buang air besar. Menunda-nunda untuk buang air besar bisa menyebabkan masalah untuk jangka panjang.
- Lihat obat-obat yang digunakan. Jika anak mengkonsumsi obat-obat tertentu, maka perlu dilihat apakah ada obat-obat yang bisa menyebabkan konstipasi. Untuk itu, tanyakan pada dokter anak Anda mengenai pilihan lainnya.
Referensi
Referensi:
- Bharucha AE, et al. American Gastroenterological Association technical review on constipation. Gastroenterology. 2013;144:218.
- C, Deborah M. Constipation in Children. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.
- C, William J. Constipation in Children. Merck Manual Home Health Handbook. 2012.
- Constipation. National Digestive Diseases Information Clearinghouse. http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/constipation/index.aspx.
- Jennifer Robinson, Understanding Constipation. www.webmd.com. 2014
- Mayo Clinic. Constipation in Children. 2013.
Diperbarui 13 September 2023