Anemia Pada Bayi
Anemia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terlalu sedikitnya jumlah sel darah merah (eritrosit) di dalam darah.
Penyebab Anemia pada bayi
Penyebab Anemia pada Bayi
Normalnya sumsum tulang tidak menghasilkan sel-sel darah merah yang baru saat bayi dilahirkan sampai bayi berusia sekitar 3 atau 4 minggu. Akibatnya, terjadi penurunan jumlah sel-sel darah merah secara perlahan (disebut anemia fisiologis) selama 2-3 bulan pertama.
Anemia yang lebih berat pada bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
- Kehilangan darah
- Penghancuran sel darah merah yang berlebihan
- Gangguan pembentukan sel darah merah
Lebih dari satu proses di atas bisa terjadi pada saat yang bersamaan.
Kehilangan darah pada bayi baru lahir bisa terjadi dalam berbagai cara, antara lain:
- Jika bayi baru lahir diposisikan lebih tinggi dari perut ibu sebelum tali pusat dijepit, sehingga terjadi transfusi feto-maternal, di mana darah janin banyak yang mengalir masuk melalui plasenta ke sirkulasi ibu, atau terlalu banyak darah yang terperangkap dalam plasenta saat proses persalinan.
- Jika terjadi twin-to-twin transfusion, dimana darah janin banyak yang mengalir ke janin kembarannya. Hal ini bisa menyebabkan anemia pada janin yang satu dan polisitemia (terlalu banyak darah) pada janin yang lain.
- Jika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya (abrupsio plasenta) atau jika terdapat robekan pada tali pusat.
Penghancuran sel darah merah yang berlebihan bisa terjadi akibat:
- Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, dimana sejumlah besar sel darah merah dihancurkan oleh antibodi yang dihasilkan oleh ibu selama janin berada dalam kandungan
- Adanya kelainan bentuk sel-sel darah merah, misalnya pada penyakit sel sabit (sickle cell disease)
- Kurangnya enzim G6PD (glucose 6 phosphate dehydrogenase) pada sel darah merah
- Infeksi yang didapat sebelum bayi dilahirkan, misalnya infeksi rubella, toxoplasmosis, sitomegalovirus, herpes simpleks, atau sifilis.
- Infeksi bakteri yang didapat bayi baru lahir saat atau setelah dilahirkan.
Pada kasus yang jarang, terjadi kegagalan pada sumsum tulang janin untuk menghasilkan sel-sel darah merah, sehingga terjadi anemia. Beberapa kelainan genetik yang bisa menyebabkan gangguan pembentukan sel darah merah antara lain adalah anemia Fanconi dan anemia Diamond-Blackfan. Infeksi tertentu (misalnya infeksi sitomegalovirus, sifilis, dan HIV) juga bisa menyebabkan hambatan sumsum tulang untuk menghasilkan sel-sel darah merah.
Gejala Anemia pada bayi
Gejala Anemia pada Bayi
Sebagian besar bayi dengan anemia ringan atau sedang tidak memiliki gejala. Bayi dengan anemia sedang bisa tampak lemas, sulit menyusu, atau bisa juga tidak bergejala.
Bayi baru lahir yang tiba-tiba kehilangan sejumlah besar darah saat proses persalinan bisa mengalami syok dan tampak pucat, dengan detak jantung yang cepat, tekanan darah yang rendah, serta napas yang cepat dan dangkal.
Selain itu, terjadi peningkatan produksi bilirubin (hiperbilirubinemia) akibat penghancuran sel-sel darah merah, yang menyebabkan kulit dan bagian putih mata bayi tampak kuning (jaundice). Pada kasus yang berat, kadar bilirubuh yang tinggi bisa menyebabkan terjadinya kerusakan pada otak (kernikterus).
Diagnosis Anemia pada bayi
Diagnosis Anemia pada Bayi
Diagnosis didasarkan dari gejala-gejala yang ada, dan dipastikan dengan pemeriksaan darah.
Penanganan Anemia pada bayi
Penanganan Anemia pada Bayi
Sebagian besar bayi mengalami anemia yang bersifat ringan, sehingga tidak membutuhkan terapi apapun. Tetapi, bayi baru lahir yang mengalami kehilangan darah dalam jumlah besar secara cepat, seringkali saat persalinan, perlu diatasi dengan memberikan cairan melalui infus, dan bisa diikuti dengan pemberian transfusi darah.
Anemia yang sangat berat akibat penyakit hemolitik juga bisa membutuhkan transfusi darah, tetapi anemia lebih sering diatasi dengan transfusi darah tukar, dimana kadar bilirubuh diturunkan dan jumlah sel-sel darah merah ditingkatkan. Pada transfusi darah tukar, sejumlah kecil darah diambil secara bertahap dan diganti dengan darah donor dalam jumlah yang sama.
Jika kehilangan darah terjadi selama proses persalinan, segera diberikan transfusi darah. Jika penyebabnya adalah penghancuran sel darah merah yang berlebihan, maka bisa dilakukan transfusi ganti, dimana darah bayi diganti dengan darah segar. Sel darah merah yang rusak, bilirubin dan antibodi dari tubuh ibu dibuang. Transfusi darah dilakukan jika terjadi gejala anemia yang berat.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Referensi
Referensi:
- K, Arthur E. Anemia in The Newborn. Merck Manual Home Health Handbook. 2009.