Informasi Penyakit

Penyalahgunaan Obat Selama Kehamilan

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Penyalahgunaan Obat Selama Kehamilan

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Lebih dari 50% wanita hamil menggunakan obat-obatan, baik obat-obat yang diresepkan oleh dokter, obat-obat yang dijual bebas, atau bahkan obat-obat dan zat-zat terlarang (seperti kokain, alkohol, atau tembakau).

Umumnya, obat-obatan seharusnya tidak digunakan saat hamil, kecuali memang sangat diperlukan. Hal ini berkaitan dengan risiko yang dapat membahayakan janin, misalnya terjadinya cacat bawaan. Meskipun demikian, ada obat-obat tertentu yang penting untuk kesehatan wanita hamil dan janinnya, seperti vitamin dan mineral tertentu. Oleh karena itu, sebelum menggunakan obat atau suplemen, wanita hamil perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.


Penyebab Penyalahgunaan obat selama kehamilan

Obat-obat yang dikonsumsi oleh wanita hamil bisa sampai ke janin, terutama melalui plasenta, bersamaan dengan masuknya zat gizi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.

Obat-obat yang dikonsumsi oleh wanita hamil bisa mempengaruhi janin dalam beberapa cara: 

  • Bekerja langsung pada janin, yaitu dengan menyebabkan kerusakan, kelainan perkembangan (sehingga menyebabkan cacat bawaan), atau bahkan kematian.
  • Mengganggu fungsi plasenta, sehingga membuat suplai oksigen dan zat gizi ke janin berkurang. Terkadang kondisi ini membuat bayi memiliki berat badan lahir yang rendah dan kurang berkembang.
  • Membuat otot rahim berkontraksi dengan kuat, sehingga bisa mengurangi suplai darah ke janin atau memicu kelahiran sebelum waktunya.
  • Mempengaruhi janin secara tidak langsung, misalnya dengan mengurangi tekanan darah ibu, sehingga bisa membuat penurunan aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan suplai oksigen dan zat gizi ke janin berkurang.

Gejala Penyalahgunaan obat selama kehamilan

Bagaimana obat mempengaruhi janin tergantung dari tingkat perkembangan janin, serta kekuatan dan dosis obat yang dipakai. 

Tingkat Perkembangan Janin

Efek obat dalam waktu 20 hari setelah pembuahan bersifat mematikan atau tidak berefek sama sekali. Pada saat ini janin sangat tahan terhadap terjadinya cacat bawaan.

Pada usia 3-8 minggu setelah pembuahan, pemakaian obat-obatan bisa menyebabkan keguguran, adanya cacat bawaan, atau mungkin juga tidak menimbulkan efek apa-apa. Pada masa ini, organ-organ tubuh janin sedang berkembang, sehingga janin rentan terhadap terjadinya cacat bawaan.

Saat trimester kedua dan ketiga, perkembangan organ tubuh janin telah lengkap. Penggunaan obat-obatan kemungkinan tidak menimbulkan cacat bawan yang jelas saat lahir, tetapi tidak diketahui mengenai efek jangka panjangnya. Namun, bisa terjadi perubahan pada pertumbuhan dan fungsi normal organ dan jaringan tubuh.

Kekuatan dan Dosis Obat

FDA (The Food and Drug Administration) menggolongkan obat-obatan berdasarkan risiko pada janin jika digunakan saat kehamilan. Beberapa obat bersifat sangat toksik terhadap janin, sehingga tidak boleh digunakan untuk wanita hamil. Misalnya, talidomid. Beberapa dekade yang lalu, talidomid menyebabkan gangguan perkembangan hebat pada tangan dan kaki, serta kelainan pada usus, jantung, dan pembuluh darah dari bayi-bayi yang dikandung oleh wanita yang mengkonsumsi obat ini saat hamil.

Beberapa obat bisa menimbulkan efek meskipun telah dihentikan, misalnya isotretinoin, yaitu obat yang digunakan untuk mengobati gangguan pada kulit. Isotretinoin disimpan di dalam lemak di bawah kulit dan dilepaskan secara perlahan. Oleh karena itu, meskipun pemakaian obat ini telah dihentikan, tetapi efeknya masih akan tetap ada untuk waktu tertentu. Isotretinoin bisa menyebabkan timbulnya cacat bawaan jika kehamilan terjadi dalam waktu 2 minggu setelah pemakaian obat dihentikan. Wanita yang menggunakan isotretinoin disarankan untuk menunggu, setidaknya selama 3-4 minggu setelah obat dihentikan, sebelum dirinya hamil.

Efek Pemakaian Obat-Obat Rekreasional atau Zat Terlarang Saat Kehamilan

Merokok (Tembakau). Merokok memberikan efek yang berbahaya bagi wanita hamil dan juga janin yang dikandungnya. Efek rokok pad ajanin yang paling banyak ditemukan adalah kurangnya berat badan lahir. Semakin banyak seorang wanita merokok saat hamil, maka semakin kurang pertambahan berat badan bayi.

Selain itu, wanita hamil yang merokok juga bisa menyebabkan:

  • Cacat bawaan pada jantung, otak, dan wajah bayi. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita perokok, ketimbang dari wanita yang tidak merokok.
  • Peningkatan risiko terjadinya sindroma kematian mendadak
  • Posisi plasenta yang tidak tepat (plasenta previa)
  • Plasenta lepas lebih awal
  • Kelahiran prematur
  • Infeksi rahim
  • Keguguran
  • Bayi lahir mati

Anak yang dilahirkan oleh wanita yang merokok juga memiliki sedikit gangguan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual serta perilaku. Hal ini disebabkan oleh karbonmonoksida dan nikotin yang terdapat pada rokok. Karbonmonoksida bisa mengurangi suplai oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Nikotin menstimulasi pelepasan hormon yang menyempitkan pembuluh darah, yang mensuplai darah ke rahim dan plasenta, akibatnya oksigen dan zat gizi yang sampai ke janin semakin sedikit.

Wanita hamil yang tidak merokok juga harus menghindari asap rokok (tidak menjadi perokok pasif), karena hal tersebut juga akan membahayakan janin.

Alkohol. Mengkonsumsi alkohol saat hamil merupakan penyebab yang diketahui paling banyak menyebabkan cacat bawaan. Risiko keguguran juga meningkat hingga hampir 2x lipat pada wanita yang minum alkohol saat hamil, terutama jika ia adalah peminum berat.

Efek lain dari penggunan alkohol pada janin antara lain:

  • Seringkali berat badan lahir bayi lebih rendah dari normal
  • Bayi baru lahir dari wanita yang minum alkohol saat hamil bisa mengalami gagal tumbuh dan cenderung akan meninggal segera setelah lahir
  • Sindroma alkohol pada bayi, yang terdiri dari:
    • pertumbuhan yang tidak adekuat sebelum atau setelah lahir
    • kelainan bentuk wajah
    • ukuran kepala yang kecil (kemungkinan karena pertumbuhan otak yang tidak adekuat)
    • gangguan intelektual
    • perkembangan perilaku yang abnormal.
    • abnormalitas posisi dan fungsi sendi
    • kelainan jantung
  • Gangguan perilaku yang berat pada bayi atau anak, misalnya perilaku anti-sosial dan gangguan pemusatan perhatian.

Kafein terdapat pada kopi, teh, beberapa minuman soda, coklat, dan obat-obat tertentu. Kafein bisa masuk ke janin melalui plasenta, dan menyebabkan :

  • peningkatan detak jantung
  • menurunkan aliran darah ke plasenta
  • menurunkan penyerapan zat besi, sehingga bisa meningkatkan risiko terjadinya anemia

Beberapa bukti menunjukkan bahwa meminum kopi lebih dari 7 gelas sehari bisa meningkatkan risiko terjadinya bayi lahir mati, kelahiran prematur, keguguran, atau lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah.

Amfetamin. Penggunaan amfetamin saat kehamilan bisa menyebabkan terjadinya cacat bawaan, terutama pada jantung, dan kemungkinan pertumbuhan yang tidak adekuat sebelum bayi dilahirkan.

Marijuana. Komponen utama marijuana, yaitu tetrahydrocannabinol, bisa melewati plasenta dan bisa membahayakan janin. Namun, marijuana tampaknya tidak meningkatkan risiko terjadinya cacat bawaan atau hambatan dalam pertumbuhan janin.

Kokain dapat melewati plasenta dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, serta meningkatkan tekanan darah janin. Kokain yang digunakan oleh wanita hamil juga bisa menyebabkan terjadinya keguguran, cacat bawaan pada ginjal, mata, otak, saluran cerna, atau anggota gerak tubuh. Bayi yang ibunya adalah pecandu kokain cenderung memiliki berat badan yang rendah serta panjang badan dan lingkar kepala dibawah normal. Semua ini disebabkan oleh adanya iskemia lokal akibat penyempitan pembuluh darah yang disebabkan oleh kokain. Anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang menggunakan kokain juga tampaknya memiliki IQ yang lebih rendah, kurangnya perhatian dan kewaspadaan, serta gangguan pada kemampuan motorik.

Beberapa bayi baru lahir bisa menunjukkan adanya gejala-gejala putus obat jika ibu menggunakan kokain sesaat sebelum melahirkan, tetapi gejala-gejala ini lebih jarang terjadi dan lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala putus obat pada opioid.

Opioid (misalnya heroin, metadon dan morfin) bisa melewati plasenta. Opioid jarang menyebabkan cacat bawaan, tetapi bayi bisa lahir dalam keadaan kecanduan. Gejala putus obat biasanya terjadi 6 jam sampai 8 hari setelah bayi lahir, yaitu berupa diare, muntah, kekakuan pada otot, rewel, laju pernafasan yang cepat, dan kejang.

Penggunaan opioid saat kehamilan juga meningkatkan risiko terjadinya komplikasi saat kehamilan, misalnya keguguran, kelainan posisi bayi, dan kelahiran prematur.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Referensi

- G, Ravindu. P, Avinash S. Drug Use During Pregnancy. Merck Manual Handbook. 2013.

- J, Nicholas. Prenatal Drug Exposure. The Merck Manual. 2012.

Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa
Copyright 2024 by Medicastore
PT. Clinisindo Putra Perkasa